thinking
& ujian kehidupan
awalnya aku hanya berjalan.
melangkah tanpa banyak tanya, menjalani hari demi hari sambil mengikuti arah
yang diharapkan.
ikut tes ini, mendaftar itu, mencoba yang satu, melirik yang lain.
konon katanya, selama masih berusaha, jalan akan terbuka.
namun yang terjadi, seolah semua
usaha hanya menabrak tembok yang sama.
jalan hidupku berputar di tempat.
gagal lagi, tertolak lagi.
sementara yang lain tampak melesat, aku justru tertahan di lintasan yang
sama—penuh tanya dan luka.
dalam perenungan itu, aku mulai
berpikir ulang tentang semuanya.
dan di tengah pikiranku yang berantakan, aku tersadar akan satu hal yang selama
ini diam-diam menekan dadaku:
memang benar adanya, kita akan merasa sedih ketika melihat teman kita gagal.
tapi kita akan jauh lebih sedih lagi ketika melihat teman kita justru menjadi
yang tersukses di antara kita. -quote by 3 ideot-
sebuah kesedihan yang tidak muncul dari kebencian, melainkan dari
ketertinggalan yang tak bisa kita kejar.
aku menatap mereka yang pernah berdiri bersamaku,
kini telah jauh lebih dulu sampai di tempat yang bahkan belum sempat kuimpi.
akhirnya aku mulai thinking.
bukan sekadar merenung, tapi menggugat.
apa yang sebenarnya aku cari?
apa yang salah dari semua langkah ini?
mengapa hidup terasa sempit meski sudah kutempuh dengan segala daya?
aku mulai memikirkan ulang: apakah
ini semua hanya nasib buruk, ataukah isyarat dari tuhan?
dari
titik tertinggi ke dasar terdalam
lalu aku teringat surah at-tin.
Allah berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِىْۤ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
"sungguh, kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَۙ
"kemudian kami kembalikan dia
ke tempat yang serendah-rendahnya."
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا
وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍؕ
"kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tak putus-putus."
ayat itu seperti bicara langsung
kepadaku.
bahwa aku memang diciptakan dengan potensi tertinggi. tapi bukan berarti
selamanya akan berada di atas.
akan ada masa di mana aku diturunkan, dijatuhkan, dikembalikan ke titik paling
rendah.
agar aku tahu rasa sakit. agar aku sadar.
dan agar aku diuji—apakah masih bertahan dalam keimanan ketika semuanya tidak
sesuai dengan keinginan.
aku merasa Allah sedang menaruhku di
titik itu.
bukan untuk menghancurkan, tapi untuk membersihkan.
bukan untuk meninggalkan, tapi untuk menyeleksi.
titik
puncak kesadaran
semua usaha telah kulakukan. semua
jalan telah kucoba.
namun tetap saja aku berakhir di ruang sempit yang sama.
terjebak. tertekan. terdiam.
hingga tak ada kata lain yang bisa
mewakili selain...
sesak,
terjebak desak.
memikirkan tindak,
tak sesuai tebak.
kalimat itu bukan hanya penutup,
tapi pengakuan—bahwa aku sedang jatuh sedalam-dalamnya,
namun sedang belajar berpikir seterang-terangnya.
dan semoga, seperti janji-Nya,
jika aku bertahan dalam iman dan amal,
maka aku akan diangkat kembali.
bukan karena layak, tapi karena percaya.
nice try teman-teman semuanya. yuk move ke hal lainnya. percayalah,
seperti kata bernadya bahwa akan ada “hal-hal
baik yang datangnya belakangan”
Tidak ada komentar
Posting Komentar