gemuruh riuh...
menenteng barang bawaan sembari tolah-toleh kanan-kiri. disusul suara imut saling sahut.
"aku pertama kalinya lho naik ini" ucap bocil gen alfa yang berlarian mencari kursi bookingnya. "liat ada apanya ini" sahut bocil lainnya sambil memegangi kresek sampah yang disediakan. suasana khas gerbong ekonomi kereta lokal jurusan jember-banyuwangi.
penuh, sesak, rame.
ada pula rombongan bocah taman kanak-kanak yang juga naik kereta bertarif 8.000 rupiah ini. ketika kereta berjalan lirik-lirik lagu kondang ciptaan ibu soed itu juga ikut digemakan
"naik kereta api, tut..tut..tut.. siapa hendak turut"
dari gerbong yang sama juga ada sosok bunda -sebutan guru tk- memandu doa naik kendaraan darat "bismillahi tawakkaltu alaallah..."
aku yang sedari tadi duduk diam dikursi 21e tepat sebelah jendela hanya mengamati seolah tak peduli dengan earphone terpasang di telinga tanpa musik yang terputar.
menikmati suasana gemuruh riuh. kuperhatikan kanan-kiri ada yang pamit sanak-famili, ada memeluk sang buah hati memberikan kehangatan dari dinginnya pagi, juga ada sosok nenek-nenek dengan mulut komat-kamit seakan melafalkan dzikir. semua ada dalam pantauanku.
gemuruh riuh ini, berusaha kunikmati. layaknya suasana batin, berkecamuk pikiran dari yakin, bimbang, khawatir, dan harapan. semua beraduk seolah tak memberi kesempatan untuk dicerna, serentak tak bisa ditolak. kukuatkan diri dengan mengingat firmanNya yang tertuang dalam surat at-taubah ayat 40
(لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا)
satu keyakinan yang kubangun kuat untuk mendistraksi diri agar apapun yang sudah, sedang dan akan terjadi tidak mampu membuatku goyah sedikitpun. sikap netral dari setiap peristiwa perlu ketemukan. ego diri harus dilemahkan. sadari bahwa semua ketentuan ini sudah yang terbaik dari pusatnya.
aku adalah tipikal orang yang selalu mencari titik terburuk dari setiap hal. maka tak jarang orang-orang menilaiku terlalu ribet, berbelit-belit atau bahkan dinilai lemah tak punya optimis.
nyatanya hal itu kulakukan untuk mengantisipasi. jujurly... aku terlalu takut kecewa, jatuh dan kalah. walau nyatanya aku sering menjadi sosok loser daripada winner.
tapi tak mengapa, mau jadi loser atau winner bukanlah masalah serius dalam kamusku. yang terpenting adalah proses untuk menjadi itu. proses yang juga jadi laboratorium hidup. menjadi pecundang tak selalu berkonotasi negatif. pecundang juga berati calon pemenang di waktu yang akan datang.
ketakutanku akan kekalahan memang sebesar itu. tapi aku tetap berusaha selalu memahami letak kesalahan ketika kuterima kekalahan. sehingga ketika dalam momen berikutnya hal itu tak lagi berulang. gemuruh riuh dalam kepala ini bukan kali pertama kurasakan. aku hanya perlu distraksi. aku hanya butuh menangkan diri.
lucunya, ini terjadi juga karena andil hadirmu. sosok yang sebelumnya tak pernah ada dalam radarku. sosok yang jelas saja tak pantas jika disandingkan dengan diri ini. seseorang yang lebih pantas dinilai sudah menjadi sosok daripada mencari sosok.
bidadari surga insyaAllah, dengan sejuta rencana matang masa depannya.
kamu pasti baca ini kan?
"HAAAIII"
sosok yang sudah siap menjadi rumah,
jangan baca sambil senyum-senyum ya. jadi malu sendiri kan.
aku yang kau tunggu progresnya ini, jujur saja sangat khawatir tak mampu memenuhi ekspektasi itu. namun teriring tulisan ini kuketik, aku ingin melepas semua yang membuatku berat, sedih, khawatir juga lemah tak berdaya. bukan berarti aku tak mau memantaskan diri. bukan pula aku menyerah dengan kondisi. aku akan tetap be my best sesuai versiku.
kekhawatiran akan gagal yang kutunjukkan padamu itu kan kutinggal di kursi nomor 21e ini.
terlepas dan terlewat termakan perjalanan.
see you...
Tidak ada komentar
Posting Komentar