penyesuaian diri,,,
kan kumulai tulisan ini dengan kalimat itu.
tuntutan adaptasi yang begitu tinggi selayaknya dirasakan oleh orang dewasa, khususnya ketika usia mulai memasuki seperempat abad. sekali lagi ingin kuulas sebagai pembuka narasi ini "dunia tak pernah menunggu kita siap, namun kitalah yang justru harus siap dari apapun yang terjadi di dunia. ketika kesempatan datang dan kita belum siap, maka butuh waktu yang lama untuk menunggu kesempatan itu. atau bisa jadi kesempatan itu tak pernah hinggap kembali".
aku sangat setuju dengan pepatah "practice makes perfect"
artinya, gas aja dulu jangan nunggu sempurna, maka dari tindakan pertama itulah kita akan menemukan kesempurnaaan.
pun demikian aku, menjalani profesi baru tentu memiliki tantangannya tersendiri. aku ragu akan kemampuanku. jangankan sempurna, berkomunikasi efektif aja aku tak bisa. masih sangat ingat nasehat salah satu temen "deket"ku dulu. "publik speakingmu sudah bagus, ketika nge-mc, ngobrol dengan dosen, orang tua (yang berpendidikan -prof bin acuannya). hanya saja komunikasimu yang to the point dan membumi begitu kosong melompong. kamu kesulitan berkomunikasi secara general tanpa lawan bicara harus mikir" ujarnya membuatku sedikit overthingking dan berintrospeksi diri.
kuakui memang benar adanya, bahkan ketika aku deeptalk dengan istri bapakku saja, beliau sering minta rincian istilah yang tak sengaja keluar dari buah bibirku. "teori lagi-teori lagi" gumamku. seberapapun aku berusaha agar diksi-diksi itu tak keluar tetap saja keluar tanpa permisi. bahkan tak jarang meluncur bak kendaraan berhenti karena lampu lalu lintas, kemudian hijau seketika. salip-menyalip tak berarturan.
namun, dengan profesi saat ini lambat laun pola komunikasi seperti itu secara tak langsung bisa kuatasi. berkomunikasi tanpa teori, membangun relasi tanpa tahu latar belakang pendidikan dan profesi. menuntutku berimproviasi berganti versi mengambil hikmah atas semua yang terjadi untuk perbaiki diri.
salah satu momennya adalah berkomunikasi dengan mak nah, seorang yang kutemui di hari jumat legi ini. mbah-mbah yang minta untuk dipanggil "nyai" berumur sekitar 70 tahun namun muka masih binar menandakan aura positif terpancar dengan kuatnya. seorang nenek yang mampu bertahan dari segala gempuran jaman tanpa memutuskan asanya.
ya, asa yang begitu kuat dan prinsip yang mengakar. berbeda dengan generasiku sekarang.
mak nah, sudah berada di industri warung kopi pinggir jalan sejak tahun 70. sejak awal-awal merajut hubungan rumah tangga bersama lelaki beruntung pilihannya. ya, aku berani menggunakan diksi "beruntung" karena terpancar dari cerita mak nah akan dedikasinya pada sang almarhum. yang bahkan sudah tak bersamanya dari bertahun-tahun silam.
cerita mak nah akan cintanya memang menarik. namun cerita tentang prinsip yang sempat diajarkan leluhurnya membuatku jauh lebih terangsang ingin menguliknya lebih dalam. prinsip tentang bagaimana menjadi anak dan orang tua, yang beliau sebut dengan "ANIK, ANUK, ANAK". sejauh aku hidup yang sudah hampir 3 dekade ini, aku baru mendengar ada filosofi ini. filosofi yang dipegang teguh oleh ras yang saat ini tak kalah saing dengan ras dengan mental terkuat, china. MADURA tanpa uciha.
beliau berasal dari sumenep. dan prinsip itu didapat dari sang kia (mak kaeh- sebutan madura) yang bahkan tetap dipegang teguh hingga saat ini, bahkan tak segan-segan beliau ajar dan sebarkan untuk generasi-generasi berikutnya.
anik, anuk dan anak merupakan prinsip yang berisi tentang bagaimana seorang anak harus berbakti pada orang tuanya. bagaimana harus bersikap baik walau kondisi mood sedang tak baik-baik saja. bagaimana seharusnya orang tua memperlakukan anak dari berbagai usia. disayang dimanja hingga harus dilepaskan karena harus melanjutkan kehidupannya sendiri.
anik, hiburan. fase ketika anak baru lahir. fase pertama ketika seorang akhirnya dipanggil dengan julukan yang sangat dinanti-nantikan. pa, ma atau sebutan sejenisnya. masa ketika orang tua bisa saja mengekspresikan apapun yang terlintas dipikirannya pada sang buah hati. baju chubby, comel, bahkan pada hobbi yang sempat terpendam padanya seolah akan diturunkan dengan idealismenya. ya, fase ini memang layak dijadikan fase hiburan untuk orang tua. sang anak sekedar mengikuti arahan tanpa bisa menolak dan opsi pilihan. di fase ini, anak sepenuhnya hiburan untuk orang tuanya.
anuk, penolakan. fase ketika anak sudah memiliki rool modelnya sendiri. tak hanya itu, anak bahkan sudah mampu berekspresi sesukanya. bahkan tak jarang ia akan menolak permintaan orang tua even tolakan itu menyakitkan mereka. fase ketika anak ingin berekspresi sendiri sesuai kehendaknya tanpa campur tangan orang lain. dan idealnya orang tua hanya bisa memahamkan dan mengarahkan agar tak salah jalan. dalam fase ini, sensitivitas anak sangat tinggi sehingga saat adanya larangan. pasti ia akan berontak secara lantang. sehingga pada fase ini orang tua harus benar-benar bijak dan sepenuhnya paham akan emosi yang berkembang pada sang anak. sehingga anak mampu terarahkan dengan baik.
anak, pendirian. fase ketika anak sudah masuk usia dewasa. anak sudah memiliki pilihan kehidupannya. masa yang seringkali juga anak bertindak tanpa sadar menyakiti orang tua akan tolakan yang tersampaikan begitu kerasnya. fase salah paham berteburan tanpa kepastian. fase yang diceritakan mak nah dengan deraian air mata.berlinang di mata dengan sedikit terbata-bata sembari melanjutkan nasehatnya.
satu hal besar yang irisan dari filosifi ini adalah surat al-isra : 23
وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
tak jarang bukan kalimat seperti ini keluar dari seorang anak "ah, apaan sih. mama mah gk tau apa-apa soal hal ini, mama mah kuno gk gaul". naudzubillah. padahal sebatas "ah, sek ta" dengan nada gk enak sudah mampu memberikan luka yang mendalam untuk orang tua kita.
di akhir tulisan ini, aku hanya ingin berpesan. yuk, menjadi anak yang baik dengan versi kita masing-masing. memposisikan sebagai anak dengan kasih sayang tinggi pada orang tua.
karena ingatlah, ridhollah birihdal walidaini. ridho allah berada dibawah ridho kedua orang tua
wassalam.....
Tidak ada komentar
Posting Komentar