Bismillahirrahmanirrahim...

mari kita mulai tulisan ini lagi lagi dengan menyebut namaNya... sebagai bentuk pengakuan bahwa tak ada satu pun hal yang terjadi tanpa izin dan kehendak darinya. termasuk langkah kaki ini, yang entah bagaimana akhirnya sampai juga di titik ini—sebuah titik di mana aku berdiri pada dunia yang sama sekali tidak pernah kupikirkan sebelumnya.

lulusan pendidikan. lanjut ke profesi guru. baru saja lulus. baru saja selesai seleksi p3k. tapi hidup tak menunggu siapa pun yang “BARU SAJA.” ia tetap berjalan. dan ketika harapan itu mengambang di udara tanpa pengumuman yang pasti, tanpa kejelasan yang berarti... aku pun BANTING SETIR.

dari ruang kelas menuju toko kelontong. dari dunia pendidikan menuju industri tembakau. dari membagikan ilmu ke anak didik... kini menyapa pemilik warung satu per satu. “permisi pak/bu... saya andika dari suku, boleh saya perkenalkan produk kami?”

ya, aku sekarang adalah seorang sales promotion motoris. di bawah bendera PT SUKUN Wartono Indonesia—sebuah perusahaan rokok ternama. meski ironisnya... aku sendiri bahkan bukan perokok. memegang produk yang tak pernah kusentuh, menghafal nama-nama varian yang belum akrab di lidah, menjelaskan sesuatu yang bukan bagian dari keseharianku. tapi beginilah hidup...

tidak selalu berjalan di jalur yang kita rancang,

namun bisa jadi justru melalui jalur inilah kita ditempa lebih matang.

hari pertama kerja, aku belajar satu hal penting: Menghargai Proses yang Tak Tampak.

ada satu momen yang menancap. saat melihat seseorang yang dari tampilan luarnya tampak nyaman, mapan, dan stabil. baju rapi. kendaraan bagus. senyum ramah. tapi dalam diamku, ada tanya yang lirih: 

"SEBERAPA BANYAK KESAKITAN YANG SUDAH IA TELAN SENDIRIAN, HINGGA BISA BERDIRI SETENANG ITU HARI INI?"

kita sering iri pada pencapaian orang. tapi lupa bahwa di balik tenangnya wajah mereka, bisa jadi tersimpan tangis yang pernah tak terdengar. luka yang tak terlihat. dan perjalanan yang tak disiarkan.

hari ini aku belajar untuk tidak langsung iri, tapi lebih kepada: “Bagaimana Caranya Bisa Sampai Ke Titik Itu, Tanpa Kehilangan Diri?”
dan perjalanan itu—mungkin dimulai dari sini. dari langkah-langkah pertama yang terasa canggung. dari pekerjaan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. tapi siapa tahu... mungkin ini bagian dari takdir yang harus kutunaikan sebelum menuju tempat yang lebih tinggi.

untuk sekarang, aku tidak punya banyak jawaban. tapi aku punya tekad untuk terus belajar dan membuka diri. karena sejatinya, tak ada langkah yang sia-sia, jika dijalani dengan hati dan keikhlasan yang nyata.