Hai, aku faqih. Manusia dengan sejuta problematika kehidupan dan juga dramanya. Aku seperti ini bukanlah tanpa alasan. Aku terlahir sebagai libra dan aku tidak pernah memilihnya, libralah yang memilihku. Lahir di akhir oktober, tepatnya pada tanggal 21 membuatku masih tergolong menjadi manusia libra terakhir dalam kalender. Sangat dekat dengan scorpio sebenarnya. Sehingga sedikit sifat gengsi scorpio ada padaku. Aku memanglah terlihat ceria dan mampu menyapa siapa saja, bahkan tukang siommay, tukang listrik atau bahkan bapak-bapak sol sepatu yang baru kutemui rasanya bisa kuakrabi tanpa terkecuali. Salah satu sifat yang sangat melekat pada libra, tergambar padaku. Friendly.

Aku pun tak pernah lepas dari rasa tak enakan, menolak untuk melakukan sesuatu yang jelas-jelas tak nyaman bagiku pun sulit rasanya. Hal ini membebankanku sehingga grundelan juga tidak pernah lepas dariku. Temanku, Nur namanya. Setelah mendengar seluruh tetek-bengek keluhan, seringkali berkomentar begini “kamu ini, apa-apa di iyain. Nanti ujung-ujungnya ngeluh ke aku, coba kek sesekali menolak kalo emang gak bisa”. Mendapatkan komentar seperti itu, bukan lantas membuatku  jera dan kemudian menolaknya. Kuhanya membalas dengan senyuman tipis kearahnya. “kan,, kan,, nanti tetep aja dikerjain dan selesai-selesai juga” lanjutnya dengan muka sedikit masam. Entahlah, komentar itu keluar karena sudah sangking hafalnya dengan sifatku atau justru sebagai bentuk cibiran. Aku tidak terlalu memperdulikannya. Yang kutahu, ketika aku mengeluh pada bocah ini, aku didengarkan dengan baik. Itu saja yang kubutuhkan. 

Sebagai makhluk yang selalu membutuhkan waktu untuk Deep Talk, didengar adalah hal yang paling kubutuhkan. Makanya tak salah, apa-apa bisa kuceritakan pada siapa saja. Yang kadang dapat sentilan karena Over Sharing. Beruntung rasanya, ada si Nur yang seringkali bisa menjadi telingaku. Walau tak jarang pula, gara-gara cerita yang kubangun, pandangannya terhadap sesuatu ikut berubah. Tak terkecuali, pandangannya terhadap seseorang.